Pages

Ads 468x60px

Minggu, 01 Januari 2012

Mengenal Ibnu Rusyd dan Pemikirannya

A. PENDAHULUAN
Perkembangan Islam dari para filosof. Salah satu filosof yang turut serta didalamnya adalah Ibnu Rusyd. Kebesaran Ibnu rusyd sebagai seorang pemikir Islam mungkin tidak pantas lagi dipertanyakan. Pengakuan terhadapnya tidak hanya datang dari dunia Timur, tapi juga Barat yang bahkan mendaulatnya guru kedua diatas jasa-jasanya menerjemahkan sekaligus menafsirkan karya-karya guru pertama, yaitu Aristoteles. Sayangnya,  dalam perkembangan pemikiran Islam, nama ibnu Rusyd tidak segemilang Al-Ghazali. Sehingga, pernah berkembang citraan bahwa kemunduran diskursus pemikiran Islam adalah gara-gara umat Islam lebih memilih Ghazali ketimbang Rusyd. Dan Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai “komentator” Aristoteles. Seorang yang begitu menonjol didalam sejarah dunia Arab karena kelayakan warisan klasiknya, juga dikenal sebagai sosok penulis yang mempunyai pengaruh secara mendalam terhadap perjalanan skolastisisme Barat.
B. PEMBAHASAN
1. Biografi
Namanya adalah Abu Al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Rusyd. Dia dilahirkan di Kordova. Andalus pada tahun 510 H/1126 M, atau    sekitar 15 tahun wafatnya Al-Ghazali. Ia lebih populer dengan sebutan / panggilan Ibnu Rusyd. Orang barat biasa menyebutnya Averous. Keturunannya berasal dari keluarga terhormat yang terkenal sebagi tokoh keilmuan. Kakek dan ayahnya mantan hakim di Andalus dan ia sendiri pada tahun 565 H/1169 M diangkat pula menjadi hakim di Seville dan Cordova karena prestasinya yang luar biasa dalam ilmu hukum, pada tahun 1173 ia dipromosikan menjadi mahkamah Agung di Cordova.
Pada tahun 1182 M ia diundang ke Marakisy untuk diangkat menjadi dokter istana bagi khalifah Abu Ya’qub Yusuf, menggantikan Ibnu Tuffail yang telah berusia lanjut. Tetapi Ibnu Tuffail masih menjabat sebagai wazir. Sebagai dokter istana, Ibnu Rusyd memperoleh kedudukan terhormat yang belum pernah ia mendapatkannya. Khalifah pun berkenan dan senang dengan keberadaannya di istana itu, karena ia tidak hanya dapat menjalankan tugas-tugas kedokterannya dengan baik, tapi juga menjadi teman yang baik bagi khalifah dalam perbincangan dan diskusi mengenai topik-topik ilmiah.
Ibnu Rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali ghirah-nya pada ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan salah satu factor yang ikut melapangkan jalan baginya menjadi seorang ilmuwan. Factor lain yang lebih dominan dari keberhasilannya adalah ketajaman berfikir dan kegeniusan otaknya dalam berilmu. Oleh karena itu wajar jikalau ia dapat mewarisi sepenuhnya intelektualitas keluarganya dan berhasil menjadi seorang sarjana all-round yang menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti hukum, filsafat, kedokteran, astronomi, sastra arab, dan lainnya.
Dan ada satu hal lagi yang sangat mengagumkan ialah hampir seluruh hidupnya ia pergunakan untuk belajar dan membaca. Menurut Ibnu Abrar, sejak mulai berakal, Ibnu Rusyd  tidak perbah meninggalkan berfikir dan membaca, kecuali pada waktu ayahnya meninggal dan malam perkawinanya.
Kariernya Ibnu Rusyd tidaklah mulus dan lancar. Ia sendiri tidak lepas dari pengalaman pahit yang menimpa. Pada tahun 1195 M ia dituduh kafir, diadili dan dihukum buang ke Lucena, dekat Cordova dan dicopot segala jabatannya dan buku-bukunya pun juga dibakar, kecuali yang bersifat ilmu pengetahuan murni (kedokteran, matematika, dan astronomi).
Tapi masa ini dialaminya hanya. Pada tahun 1197 M.  Khalifah mancabut hukumnya dan merehabilitasi posisinya kembali, tapi tidak lama ia menikmati kebebasannya itu lalu ia meninggal pada tanggal 10 Desember 1198 M/ 9 Syafar 595 H di Marakesh dalam usia 72 tahun menurut perhitungan Masehi dan 75 tahun menurut perhitungan Hijriyah.
2. Karya-karya Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang pengarang yang produktif. Kelebihan karyanya adalah gaya penuturan yang mencakup komentar, koreksi, dan opini membuat karyanya     lebih hidup dan tidak sekedar deskripsi belaka. Namun karangannya sulit ditemukan akibat dia diadili dan dibuang ke Lucena dimana buku-bukunya banyak yang dimusnahkan. Dan Ximenes yang fanatic dengan kemenangan Kristen membakar buku-buku yang berbau Arab dan bukunya pun ikut didalamnya.
Sampai hari ini karya Ibnu Rusyd yang masih dapat kita temukan yaitu sebagai berikut:
fashl al-Maqal fi maa bain al-Hikmat wa al-Syari’ah min al-ittishaal, berisikan tentang korelasi antara Agama dan filsafat.
Al-Kasyf’an Manaahij al-Adillat fi ‘Aqaa’id al-Milad, berisikan kritik terhadap metode para ahli ilmu kalam sufi.
Tahaaful al-tahaafut, berisikan kritik terhadap karya Al-Ghazali yang berjudul Tahaaful al-falasifht.
Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat al- Muqtashi, bersisikan uraian-uraian dibidang fiqih.
3. filsafat Ibnu Rusyd
Menurut Ibnu Rusyd, Al-Ghazali telah mengisi bukunya Tahafut al falasifah dengan pikiran-pikiran sofistis dan kata-katanya tidak sampai kepada tingkat keyakinan serta tidak mencerminkan hasil pemahamannya terhadap filsafat itu sendiri. Dalam fashl al maqal Ibnu rusyd menagatakan, bahwa mengenal pencipta itu hanya mungkin dengan mempelajari alam wujud yang diciptakan-Nya, untuk dijadikan petunjuk bagi adnya pencipta itu. Allah Swt memberikan dua dalil dalam kitab-kitab Nya, yang diringkas oleh Ibnu Rusyd sebagai dalil ‘Inayah dan dalil cipta atau akhtira.
1. Dalil ‘Inayah
Apabila alam ini kita perhatikan maka kita akan mengetahui bahwa apa yang ada didalamnya sesuai dengan kehidupan manusia dan makhluk-makhluk lain. Persesuaian ini bukan terjadi secara kebetulan, tetapi menunjukan adanya penciptaan yang rapi dan teratur yang didasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan sebagaimana yang ditentukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Dalil ‘Inayah ini mempunyai kelebihan atas dalil-dalil golongan asy-‘Ariyah karena dalil ‘Inayah itu mengajak kita kepada pengetahuan yang benar, bukan sekedar argumentasi, tetapi mendorong kita untuk memperbanyak penyalidikan dan menyingkap rahasia-rahasia alam, bukan untuk menimbulkan kesulitan dan kejanggalan.
2. Dalil Ikhtira’
Dalil ini sama jelasnya dengan dalil ‘Inayah karena adanya penciptaan
nampak jelas pada hewan yang bermacam-macam, tumbuh-tumbuhan, dan bagian-bagian alam lainnya. Makhluk-makhluk tersebut tidak lahir dalam wujud dengan sendirinya. Semakin tinggi tingkatan makhluk, semakin tinggi pula macam pekerjaannya. Kesemuannya ini tidak terjadi secara kebetulan, sebab kalau terjadi secara kebetulan tentulah tingkatan hidup tidak berbeda-beda. Kesemuanya ini menunjukan adanya pencipta yang menghendaki supaya sebagian makhlukya lebih tinggi dari sebagian yang lain.
Disamping kudua dalil itu, Ibnu Rusyd juga menuemukakan dalil lain yaitu dalil gerak atau dalil pergerakan pertama yang diambilnya dari Aristoteles. Dalil ini menyatakan bahwa awal semesta ini her-crak dengan suan, gerakan yang abadi dan gerakan ini mengandung adanya pcnggerak pertama yang tidak bergerak dan tidak berbenda, yaitu Tuhan. Namun Ibnu Rusyd tidak mengikuti pernikiran Aristoteles yang menyatakan bahwa gerakan benda-benda langit adalah Qadim, karma benda­benda langit gerakannya dijadikan oleh Tuhan dari dada dan bukan dalam zaman, karma zaman tidak mungkin mendahului wujud perkara yang bergerak, selania zaman itu kita anggap sebagai ukuran yerakannya.
3. QadimnyaAlam
Menurut lbn Rusyd perselisihan antara kaum teolog  pengikut Asy-Ariyah dan para filosof hampir bisa dikembalikan kepada perselisihan mengenai penamaan saja. khususnya bagi beberapa orang filosof saja. Sebab mereka telah sepakat adanya tiga macam wujud yaitu yang dua bersifat akstrim dan yang satu merupakan bentuk penetahuan dari keduanya.
Ekstrim pertama adalah wujud yang terjadi dalam sesuatu selain dirinya dan oleh sesuatu yang lain, yakni oleh suatu sebab penggerak serta dari suatu bahan tertentu. Dan wujud ini dalam kewujudannya didahului oleh waktu. Inilah keadaan benda-benda yang bisa diketahui dengan panca indera. Seperti wujud air, tanah, binatang, tumbuh-tumbuhan, dll. Tingkat wujud ini telah disepakati baik oleh pengikut Asy-Ariyah ataupun para filosof sendiri, sebagai sesuatu yang disebut Muhdas (ada setelah tiada).
4. Kebangkitan Jasmani
Menurut Ibn Rusyd, keimanan terhadap kebangkitan jasmani adalah suatu keharusan bagi tenwujudnya keutamaan akhlak, keutamaan teori dan amalan lahir, karena seseorang tidak akan memperoleh kehidupan yang sebenarnya dalam dunia ini kecuali dengan amalan-amalan lahir, dan untuk kehidupan di dunia dan akhirat, tidak bisa tercapai kecuali dengan keutamaan-keutamaan teori.Baik amalan-amalan lahir maupun batin keutamaan-keutamaan teori tidak bisa terwujud dan tercapai, kecuali dengan keutamaan-keutamaan akhlak, sedang keutamaan-keutamaan akhlak tidak bisa tercapai kecuali dengan jalan mengetahui Tuhan dan menuju-Nya dengan ibadah yang telah ditentukan untuk masing-masing agama, seperti berkorban, shalat, dan ucapan-ucapan lain yang diucapkan untuk memuji Allah SWT dan malaikat-malaikat serta nabi-nabiNya.
5. Kerasulan Nabi
Pembuktian kerasulan, para ulama kalam menyatakan apabila orang berbicara dan berkehendak dapat mengutus hamba-hambanya, maka bagi Tuhan juga apabila berbicara dan beriradah dapat mengutus Rasul-Nya. Pembuktian ini adalah melalui jalan qiyas, namun jalan tersebut hanya bisa membawa kesimpulan yang mungkin saja, sehingga tidak bisa disebut qiyas burhani.
Pembuktian seperti itu menurut Ibnu Rusyd hanya bersifat memuaskan hati, tapi tidak meyakinkan. Namun ia menyadari bahwa pembuktian itu sesuai dengan kebanyakan orang. Tapi apabila diteliti secara seksama banyak mengandung berbagai kelemahan.
Oleh karma itu Ibnu Rusyd tidak puas dengan pembuktian yang dilakukan oleh para ahli kalam itu. Ibnu Rusyd melanjutkan apabila ia tidak mengemukakan suatu bukti atau mu’jizat lahiriyah tentang kebenaran kerasulannya, maka bukti kerasulannya adalah AI-Qur’an semata-mata yang menjadi bahan tentangan bagi orang banyak. Namun bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Al-qur’an itu benar­benar mu’jizat yang menjadi bukti atas kerasulan nabi Muhammad SAW.
Bagi lbnu Rusyd, pembuktian Al-Qur’anan adalah mu’jizat adalah dengan membaca dan memahami benar-benar, maka di dalamnya akan nampak hal-hal yang gaib yang tidak dikenal oleh nabi Muhammad itu sendiri sebelum menerima wahyu. Disamping itu susunan serta gaya bahasanya tidak sama dengan perkataan orang arab seluruhnya.
Karene telah jelas bahwa Al-Qur’an bila ditinjau dari segi ini merupakan mu’jizat yang paling besar, maka sudah sepantasnya dan logis sekali bahwa orang yang membawanya adalah seorang Rasul yakni nabi Muhammad.
4. Jawaban Terhadap Sanggahan al-Ghazali
Sehubungan dengan sanggahan yang mematikan dari al-Ghazali terhadap para filosof Muslim, tiga butir diantaranya para filosof Muslim dihukumnva kafir qadimnya alam, Allah tidak mengetahui hal yang rinci di alam, dan kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada. Ibn Rusyd sebagai seorang filosof Muslim merasa wajib menjawab sanggahan tersebut, tidak pula kalah mautnya dari sanegahan al-Ghazali Menurut Ibn Rusyd bukan pemikiran para filosof Muslim yang rancu melainkan pemikiran al-Ghazali sendiri. Justru itu kata Ibn Rusyd, judul buku al-Ghazali tersebut yang paling tepat adalah tahafut abi hamid kacaunya pemikiran Abu Hamid (al-Ghazali), bukan tahafut al-falasifah
1. Qadim alam
Menurut al-Ghazali, sesuai dengan keyakinan kaum teolog Muslim, alam diciptakan Allah dari tiada menjadi ada (al-Ijad min al-‘adam, creation ex nihilo).
Menurut lbn Rusyd, al-Ghazali keliru menarik kesimpulan bahwa tidak ada seorang filosof Muslim pun yang berpendapat bahwa qadimnya alam sama dengan qadimnya Allah, tetapi yang mereka maksudkan adalah yang ada berubah menjadi
ada dalam bentuk lain. Karena penciptaan dari tiada (al-adam), menurut filosof Muslim adalah suatu yang mustahil dan tidak mungkin terjadi. Dari tidak ada atau nihil yang kosong tidak bisa terjadi sesuatu. Oleh karena itu, materi asal ala mini mesti qadim.
Untuk mendukung pendapatnya, lbnu Rusyd mengemukakan sejumlah ayat­-ayat Al-qur’an: Qs .AI-Anbiya’[21]30; Hud [11]:7 ; Fussilat[41]: II dan Al-Muu’minun[2,]: 12-14.
Menurut Ibnu Rusyd, terjadinya perbedaan pendapat dalam hal ini disebabkan antara kaum theology Muslim dan kaum filosof Muslim dalam memberikan arti kata al-ihdats dan qadim. Bagi  kaum teolog muslim. al-ihdats berarti menciptakan dari tiada, sedangkan bagi kaum filosof Muslim. kata itu berarti mewujudkan dari ada menjadi ada dalam bentuk lain. Demikian pula dalam mengartikan arti qadim. Bagi kaum teolog, qadim berarti sesuatu yang, mempunyai wujud tanpa sebab, sedang bagi kaum filosof berarti sesuatu yang kejadiannya dalam keadaan terus menerus tanpa awal dan akhir.
2. Allah tidak mengetahui perincian yang terjadi di alam
Menurut Al- Ghazali para filosof Muslim berpendapat bahwa Allah tidak yang persial di alam. Dalam menjawab tuduhan ini, lbnu Rusyd menegasakan bahwa Al- Ghazali salah faham sebab tidak ada para filosof Muslim yang mengatakan demikian. Yang dimaksud para filosof Muslim adalah pengetahuan Allah tentang yang persial di alam ini tidak sama dengan pengetahuan manusia. Allah bersifat imateri (rohani), tentu saja pada zat-Nya tidak terdapat panca indra untuk mengetahui yang persial.  Oleh karena itu, kata lbnu Rusyd, tidak ada para filosof Muslim yang mengatakan ilmu Allah bersifat, juz’I dan kulli
Dari itu jelas bahwa al-Ghazali menyamakan ilmu Allah dengan ilmu manusia, sedang para filosof muslim terkesan membedakannya. Nannm pada dasarnya mereka sependapat bahwa Allah maha mengetahui (persial dan umum) segala yang terjadi di alam ini, namun mereka berbeda tentang cara mengetahui Allah.
3. kebangkitan jasmani di akhirat
Menurut Ibnu Rusyd sanggahan al-Ghazali terhadap para filosof Muslim tentang kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada. adalah tidak benar. merekaa tidak mengatakan demikian, semua agama, tegas Ibnu Rusyd, mengakui adanya hidup kedua di akhirat.  Tetapi mereka berbeda interpretasi mengenai bentuknya. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa yang akan dibangkitkan hanya rohani dan ada pula yang mengatakan rohani dan jasmani. Namun yang jelas kehidupan, kehidupan di akhirat tidak sama dengan kehidupan di dunia ini. Dan diucapkan Ibnu Abbas “tidak akan dijumpai di akhirat hal-hal yang bersifat keduniaan kecuali nama saja”.
Menurut Ibnu Rusyd, sikap al-Ghazali sendiri tidak konsisten, saling bertentangan dengan ucapanya sendiri. Dalam buku tahafut al-falasifah. Al-Ghazali mengatakan tidak ada seorang muslim pun yang berpendapat bahwa kebangkitan jasmani tidak ada. Akan tetapi dalam bukunya mengenai tasawuf, ia mengatakan bahwa pendapat kaum sufi nanti yang ada hanya kebangkitan rohani.
Dengan demikian, menurut Ibnu Rusyd, tuduhan kafir yang dilontarkan al-Ghazali terhadap para filosof Muslim dalam tiga butir masalah diatas tidak pada tempatnya. kendatipun diandaikan interpretasi mereka keliru, namun kesalahan mereka termasuk kesalahan yang bisa dimaafkan.
C. PENUTUP

Dari uraian di atas, kita dapat lebih mtengetahui bahwa Ibnu Rusyd adalah tokoh filosof Muslim yang sangat produktif, karya-karyanya tidak sekedar diskriptif tapi dalam gaya penuturan karya-karya tulisnya mencakup komentar, koreksi, dan opini.
Dan dari ini juga kita bisa tahu bagaimana Ibnu Rusyd menjawab sanggahan-sanggahan yang dilontarkan oleh aI-Ghazali terhadap para filosof Muslim dimana aI­Ghazali mengkafirkan para filosof muslim karena tiga butir masalah tersebut Menanggapi hal ini, Ibnu Rusyd mengambil sebuah hadits yang intinya: tidak ada dosa bagi orang yang berijtihad, bila benar dia mendapat dua pahala, dan bila salah mendapat satu pahala.
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan dapat menambah ilmu kita dalam mengetahui para filosof-filosof muslim melalui mata kuliah filsafat islam ini, dan kurang lebihnya saya mohon ma’af, karena isi dalam makalah ini kurang dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

-   Annadawi, Abul Hasan Ali, 1995. Tokoh-tokoh pemikir dan dakwah Islam.
Solo:  Pustaka Mantiq.
-    El-Hadi, Aminullah, Dr, 2004. Ibnu Rusyd Membela Tuhan. Surabaya: LPAM.
-    Hanafi, Ahmad, 1981. antara Imam al-Ghazali dengan Imam Ibnu Rusyd
dalam Tiga Persoalan Alam Metafisika. Jakarta: Pustaka Al-husna.
-     Mahmud, Abbas, 2003. Ibnu Rusyd Sang Filsuf, Mistikus, Fakih, dan Dokter.
Yogyakarta: Qirtas
-          Mustofa, A, Drs, 1997. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Pers.
-          Zar, Sirajuddin, Dr, 2004. Filsafat Islam. Padang: Rajawali Pers.

0 komentar:

Posting Komentar